Rasulullah Tidak Suka Dipuji dan Disanjung Berlebihan
Goldcaptain | Minggu, 26/05/2019 17:12 WIB
Golcaptain.com - Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia terbaik, manusia termulia yang diutus Allah ke tengah-tengah kita selaku umatnya. Keelokan lahir dan batinnya pun sungguh membuat kita semakin rindu kepada beliau.
Beliau tercipta seakan atas kehendak sendiri, subhanallah. Akhlak beliau pun sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin, Aisyah:
“Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an.”
Tapi tahukah kalian, Rasulullah tidak suka dipuji dan disanjung secara berlebihan.
Hal itu sekaligus menjadi sikap tawadhunya beliau. Dari Umar bin Khattab, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah kamu sanjung aku (berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung ‘Isa putra Maryam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggilah aku dengan sebutan hamba Allah dan Rasul-Nya.”
Anas bin Malik menuturkan:
“Ada beberapa orang memanggil Rasulullah sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik dan anak orang yang terbaik di antara kami, wahai junjungan kami dan anak dari junjungan kami.’ Rasulullah segera menyanggahnya seraya berkata, ‘Wahai sekalian manusia, katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka (jika) kamu mengangkat kedudukanku jauh melebihi kedudukam yang dianugerahkan Allah kepadaku’.” (Diriwayatkan oleh an-Nasa’i).
Ada sebagian orang yang menyanjung Rasulullah secara berlebihan, sampai-sampai ia meyakini bahwa Rasulullah mengetahui hal gaib atau meyakini bahwa beliau memiliki hak untuk memberikan manfaat dan menurunkan mudharat, bahwa beliau dapat mengabulkan segala permintaan dan menyembuhkan segala penyakit. Allah ‘Azza wa Jalla menyanggah keyakinan seperti itu, dalam firman-Nya:
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah:
“Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al-A’raf Ayat 188)
Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seorang hamba utusan Allah. Sebaik-baiknya manusia di muka bumi dan seutama-utama makhluk di kolong langit. Beliau senantiasa tunduk patuh dan bertaubat kepada Rabbnya.
Baca juga: Viral! Rambut Peninggalan Nabi Muhammad SAW, Anda Percaya?
ARTIKEL AGAMA
Golcaptain.com - Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia terbaik, manusia termulia yang diutus Allah ke tengah-tengah kita selaku umatnya. Keelokan lahir dan batinnya pun sungguh membuat kita semakin rindu kepada beliau.
Beliau tercipta seakan atas kehendak sendiri, subhanallah. Akhlak beliau pun sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin, Aisyah:
“Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an.”
Tapi tahukah kalian, Rasulullah tidak suka dipuji dan disanjung secara berlebihan.
Hal itu sekaligus menjadi sikap tawadhunya beliau. Dari Umar bin Khattab, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah kamu sanjung aku (berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung ‘Isa putra Maryam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggilah aku dengan sebutan hamba Allah dan Rasul-Nya.”
Anas bin Malik menuturkan:
“Ada beberapa orang memanggil Rasulullah sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik dan anak orang yang terbaik di antara kami, wahai junjungan kami dan anak dari junjungan kami.’ Rasulullah segera menyanggahnya seraya berkata, ‘Wahai sekalian manusia, katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka (jika) kamu mengangkat kedudukanku jauh melebihi kedudukam yang dianugerahkan Allah kepadaku’.” (Diriwayatkan oleh an-Nasa’i).
Ada sebagian orang yang menyanjung Rasulullah secara berlebihan, sampai-sampai ia meyakini bahwa Rasulullah mengetahui hal gaib atau meyakini bahwa beliau memiliki hak untuk memberikan manfaat dan menurunkan mudharat, bahwa beliau dapat mengabulkan segala permintaan dan menyembuhkan segala penyakit. Allah ‘Azza wa Jalla menyanggah keyakinan seperti itu, dalam firman-Nya:
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah:
“Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al-A’raf Ayat 188)
Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seorang hamba utusan Allah. Sebaik-baiknya manusia di muka bumi dan seutama-utama makhluk di kolong langit. Beliau senantiasa tunduk patuh dan bertaubat kepada Rabbnya.
Baca juga: Viral! Rambut Peninggalan Nabi Muhammad SAW, Anda Percaya?
Tidak ada komentar