Breaking News

Ada 4 Sikap Manusia dalam Menghadapi Musibah


Goldcaptain"Kita telah menerima nikmat jutaan kali. Lalu mengapa harus bersedih saat menerima musibah satu kali? Maka jadilah seseorang yang pandai bersyukur dan selalu bersabar menghadapi seusatu." dikutip dari status media sosial Gita TPI {Teknologi Pengangkutan Indonesia}.
_______________

Pesan al-Quran, “Fa inna ma’al ‘ushri yusra, inna ma’al ‘ushri yusra.” (maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sungguh bersama kesulitan ada kemudahan)

ADA empat kelompok manusia dalam menyikapi setiap musibah dan cobaan hidup di dunia, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah di dalam kitabnya, ‘Uddatus Shobirin wa Dzakhiratus Syakirin (Bekal orang-orang sabar dan Perbendaharaan orang-orang yang bersyukur). Keempat kelompok itu ialah;

Pertama; Kelompok orang-orang yang lemah

Yaitu orang-orang yang selalu berkeluh kesah terhadap setiap keadaan. Dia selalu mengadu namun bukan kepada Allah tempat mengadu melainkan kepada sesama manusia. Ia selalu meratapi hari-hari bahkan tidak jarang ia bertindak diluar batas untuk melampiaskan amarah atas takdir buruk yang ia terima. Ia selalu mengeluh kepada semua orang. Padahal dengan banyak mengeluh bukannya orang akan simpati malah akan menjauh. Dan juga dengan banyak mengeluh persoalan bukannya kelar malah bertambah rumit.

Sikap ini adalah sikap orang-orang yang lemah imannya, lemah akalnya dan agamanya.

Kedua; Kelompok orang-orang yang bersabar

Sabar atas musibah dengan cara menahan diri dari melakukan hal-hal yang mengundang amarah Allah Subhanahu Wata’ala. Menahan lisan dari berucap kata yang tidak disukai Allah. Mencegah perbuatan dari perkara yang dimurkai Allah.

Orang yang sabar dalam menghadapi musibah senantiasa berdoa agar Allah menyingkirkan dan meringankan musibah yang menimpanya dan berharap pahala yang ada padanya, di saat yang sama ia mengambil sebab dan upaya agar musibah itu berlalu darinya.

Dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari Shuhaib berkata; Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR: Muslim)

Setiap mukmin akan selalu mendapat ujian. Dan Allah tidak akan memberi beban kecuali sesuai kemampuannya.

Dalam al-Qur’an, Allah berfirman:

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَا‌ۚ

“Tidaklah Allah membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya.” [QS. al-Baqarah: 286].

Ketiga; Kelompok orang-orang yang ridho

Yaitu mereka yang berlapang dada ketika musibah menimpanya. Orang yang ridho atas musibah sangat menyadari bahwa semua yang terjadi atas kehendak Allah. Baginya, ketika ditimpa musibah seolah-olah dia tidak merasa mendapat musibah. Derajat ridho atas musibah tentu lebih tinggi tingkatannya dari sikap sabar.

Keempat; Kelompok orang yang bersyukur

Aneh kedengarannya, ditimpa musibah kok malah bersyukur. Ditimpa musibah kok malah berterima kasih.  Ya memang demikian keadaannya kelompok keempat ini. Baginya musibah adalah sesuatu yang ‘mengasyikkan’. Dia seakan menikmati ‘memadu kasih’ dengan Tuhannya di saat tertimpa musibah yang bagaimanapun bentuknya.

Malah, kalau bisa dia berharap agar musibah itu tidak lekas hilang darinya. Yang menempati derajat ini adalah para nabi dan rasul, wali-wali Allah, orang-orang yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang mendalam seperti yang pernah saya tuliskan dalam kisah Abu Qilabah al Jarmi, seorang tabi’in yang diuji oleh Allah Subhanahu Wata’ala dengan penderitaan yang luar biasa, buntung kedua tangan dan kakinya, buta matanya, hampir tidak berfungsi pendengaran-nya, ditambah lagi kematian anak satu-satunya yang selalu merawatnya.

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu sekalian memaklumkan; sungguh apabila kamu telah bersyukur, pasti akan Aku tambah nikmat kepadamu; tetapi apabila kamu kufur, adzab-Ku amatlah pedih” [QS. Ibrahim: 7]

Sahabat, kalau kita yang diuji oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan diberinya musibah, kira-kira masuk kelompok yang mana kita?

Apakah kita masuk  kelompok pertama? Na’udzubillah, berarti kita masuk kelompok orang yang imannya bermasalah.

Kelompok kedua? Ya, paling tidak kedalam kelompok inilah sikap kita; bersabar atas musibah. Ini adalah sikap wajib bagi seorang mukmin.

Ingatlan pesan al-Quran,  “Fa inna ma’al ‘ushri yusra, inna ma’al ‘ushri yusra.” (maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sungguh bersama kesulitan ada kemudahan) [QS. as-Syarh: 5 – 6]. Amin.

Tidak ada komentar