Breaking News

Kisah Benang yang Menjadi Emas di Balikpapan

Balikpapan - Kedai di Jalan Klandasan Ulu, Balikpapan, Kalimantan Timur itu istimewa bukan cuma karena aroma sedap kopinya yang menguar, namun juga kolaborasi yang terjadi didalamnya.

Peluang buat mendapatkan modal usaha dengan menggadaikan motor hingga TupperWare, atau mencicil menabung emas berpadu dengan wangi kopi Gayo, Flores, Bondowoso, hingga Temanggung. 

Menunggu barista selesai beraksi dengan seduhannya sambil memyimak pengumuman tentang aneka layanan Pegadaian yang dipampang di bar, di daftar menu hingga dinding, membuat acara ngopi itu sarat makna.

Namun, yang paling mencuri perhatian, lemari kaca di pojok ruangan yang memajang aneka dompet dan tas rajutan dengan label Rumah Seni Nirmana. 

"Kami memang menjadi mitra The Gade Coffe and Gold Klandasan Ulu, barang kami dititip jual, sekaligus bisa promosi dan bangun jejaring juga," ujar Sophie Razak, salah satu pendiri Rumah Seni Nirmana ketika ditemui Media Indonesia disela kesibukannya mengisi stand PT Pegadaian di Balikpapan Fair, di Dome Balikpapan, belum lama ini. Di stand itu, hadir pula Komunitas Hidroponik Balikpapan.

Kolaborasi itu pun berwujud kelas merajut yang digelar Nirmana di kedai itu rutin, di akhir pekan sejak Desember 2018. Dibatasi maksimal 12 peserta, kelas itu sukses mengumpulkan pehobi kerajinan tangan, pun warga Balikpapan yang tengah mencari peluang mendapatkan penghasilan tambahan.

Biaya pendaftaran sebesar Rp100 itu dialokasikan untuk membuka rekening Tabungan Emas Pegadaian, disertai fasilitas buat belajar, berupa benang, alat dan pengajar.

"Nyatanya, promosi lewat Instagram rumahseni_nirmana serta media sosial lainnya bisa mengumpulkan peserta, mulai di kelas pemula hingga mahir. Balikpapan memang tidak seramai Jakarta, namun di sini ada banyak perempuan karir atau ibu rumah tangga yang tertarik pada craft.

Orang-orangnya ada, tinggal wadah dan kegiatannya saja yang diperlukan. Itulah mengapa kelas-kelas kami selalu ramai," ujar Sophie yang juga bekerja sebagai koresponden koran nasional itu.
Tabungan emas dibuka, dan ketika pendapatan dari merajut disetorkan ke Pegadaian, buah ketekunan itu nantinya bisa berwujud koin 5 atau 10 gram. "Walaupun sebagian peserta kelas kami itu belajar merajut karena hobi, tapi ada juga yang memang niatnya mencari sumber pendapatan baru.

Pasarkan di Instagram juga laku," kata Ipeh, pengajar rajut yang menjadi mitra Sophie buat mengajar rajut, sambil memamerkan tas aneka ukuran dan warna karyanya. Ipeh meminta disapa dengan nama tenarnya di Instagram, ipehcraft. 
Berfoto dengan karya tangan sendiri, di akhir acara belajar, seperti pada Minggu (14/4), dengan tas untuk membawa botol atau tumbler, pun menjadi peristiwa paling menyenangkan buat peserta. Senyum mereka menjadi penanda sinergi antara seni, emas, kesadaran investasi dan warga yang berikhtiar agar berdaya. 

Sinergi dengan Pegadaian itu melengkapi jejak panjang Sophie dan kawan-kawannya yang juga rutin menggelar kelas-kelas seni dengan aneka peserta dan tujuan.

Ada kursus kerajinan membuat mainan atau patung mini dari kertas di hotel buat anak-anak, kelas menggambar peta jalan untuk para belia di Pasar Klandasan hingga pelatihan merangkai bunga mawar untuk pemula di Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Balikpapan.

Rumah Seni Nirmana, pun Komunitas Hidroponik Balikpapan, menjadi pemantik literasi finansial warga Balikpapan. Keterampilan diperoleh, peluang menabung pun didapat.

Tidak ada komentar