Breaking News

Ketika Kader PKS Shalat di Rel Kereta (Jangan di-Tiru) Kenapa Shalat Dimasukkan Dalam Aktifitas Kampanye?

Solo - Melihat kampanye Prabowo di Solo hari ini 10/04 jelas terasa begitu memaksakan. Bagaimana tidak, Solo jadi seperti tempat pertemuan, massa kampanye didatangkan dari luar kota Solo.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya mobil dengan plat nomer luar Solo. Gara-gara massa kampanye datang dari luar Solo, mereka pun tidak tahu aturan-aturan di Solo. Terlihat seperti orang kampung yang belum pernah ke kota. Lihat: Kampanye Prabowo Gebrak Podium

Sampai rel kereta pun dijadikan tempat parkir mobil. Alhasil, saat kereta mau lewat, teman-teman sekampretannya mengangkat mobil-mobil yang terparkir di atas rel kereta sambil teriak-teriak takbir.

Tapi yang paling konyol adalah kader PKS yang shalat di atas rel, sebelah jalan raya dan mengenakan bendera partai. Ini guoblok bener. Mungkin karena dari desa dan tidak tahu apa-apa, tidak tahu di mana ada mushalla dan masjid, enggan bertanya kepada masyarakat sekitar, maka mereka menggelar shalat di jalan raya.

Secara hukum syariah, mungkin bisa saja sah. Yang penting suci. Tapi masalahnya mereka shalat di jalan raya, di atas rel kereta. Tidak seharusnya. Bukan tempatnya.

Maksudnya begini, shalatnya bener, bagus. Tempat suci? mungkin suci. Tapi itu rel kereta. Kalau tiba-tiba ada kereta lewat dan mereka ketabrak? Ujung-ujungnya kan nyalahin Jokowi lagi.

Sesuatu yang benar, jika dilakukan di tempat yang tidak sesuai, maka hasilnya salah. Sama seperti hubungan seksual suami istri misalnya, itu ibadah dan boleh. Tapi kalau dilakukan di atas rel kereta dan di tempat terbuka? jelas hukumnya salah. Tidak boleh.

Tapi bagaimana jika kader PKS tersebut ternyata benar orang luar kota Solo dan tidak tahu di mana masjid? Lalu mereka harus segera shalat karena waktu shalat hampir habis? Ya tetap salah.

Kalau benar mereka musafir dari luar kota, mereka punya kelonggaran untuk menggabung dua shalat sekaligus. Dan seharusnya ada cukup waktu untuk mencari masjid yang letaknya pasti sangat dekat.

Sementara kalau mereka orang Solo, ya masa gak tahu masjid di sekitar sana? Masa nggak bisa nanya ke warga sekitar? Mau dibela bagaimanapun, dicari-cari alasan dan prasangka terbaik, tetap saja aksi shalat di pinggir jalan raya, di atas rel kereta itu sangat gila.

Maksudnya, hanya orang gila yang bisa melakukan itu. Tapi jika melihat baju rapi, plus mengenakan bendera partai saat shalat, maka jelas mereka bukan orang gila.

Sehingga shalatnya, pasti punya alasan dan tujuan tertentu. Lantas apa tujuan kader-kader PKS itu shalat di atas rel kereta? Alasan pastinya perlu ditanyakan ke yang bersangkutan. 

Tapi jika melihat serangkaian peristiwa yang sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir, ini sama seperti saat aksi shalat di Monas padahal sebelumnya mereka bermalam dan tidur di Istiqlal.

Maksudnya, ngapain shalat di Monas kalau mereka tahu masjid dan sudah tidur di masjid? Ya sama kayak kader-kader PKS ini. Bahkan kalaupun mereka tahu di sekitar situ ada masjid, mungkin mereka tetap akan menggelar shalat di atas rel kereta. Jujur saya bingung. Kenapa shalat dimasukkan dalam aktifitas kampanye? Kampanye di GBK, mereka shalat di GBK.

Kampanye di lapangan Solo, pun mereka shalat bersama di lapangan. Bahkan yang masih perjalanan, shalat di pinggir jalan. Ini maksudnya apa? mau pamer ke yang lain bahwa kalian yang paling suci dan berhak atas surga? sementara yang lain kafir dan masuk neraka? Saya tidak menyalahkan shalatnya. 

Maksudnya, boleh saja shalat saat kampanye. Yang tidak boleh kan kampanye saat shalat. Nah yang terjadi di Solo hari ini, shalat sudah dijadikan acara kampanye. Shalat di pinggir jalan, di atas rel kereta, mengenakan bendera partai, ini apa bedanya dengan demo atau orasi politik?

Entah apa yang sudah dilakukan oleh PKS kepada kader-kadernya di bawah. Sehingga menghasilkan orang-orang yang begitu militan dan melakukan apapun untuk kepentingan partai.

Yang jelas, PKS sebagai partai politik bertanggung jawab penuh atas kejadian semacam ini. Kader-kader jangan hanya diajari jihad untuk memenangkan partai, tapi juga perlu diberi bekal ilmu agama.

Agar bisa menjaga adab sopan santun, dan tahu cara beribadah dengan benar. Begitulah kura-kura. Sebagaimana dikutip dari Alifurrahman seword.com

Tidak ada komentar