MENGINTIP EKOSISTEM HUTAN TROPIS DI INDONESIA
Perkembangan pengetahuan tentang hutan tropis tidak akan terlepas dari kontribusi A. F. W. Schimper, seorang ahli tumbuhan Jerman. Buku yang membahas hutan tropis seperti Whitmore (1984) dan Richard (1996) menyebutkan Scimper sebagai seorang yang mengenalkan istilah Hutan Hujan Tropis (Tropische Regenwald).
Deskripsi Schimper tentang hutan tropis masih relevan dan digunakan hingga saat ini. Menurutnya, hutan tropis dicirikan dengan pepohonan setinggi minimal 30 meter, menyerap air, selalu hijau, dan basah. Komunitas tumbuhan dipenuhi oleh liana berbatang, dan epifit yang menempel di mana-mana.
Hutan tropis ternyata bukan saja memiliki curah hujan tinggi, tetapi mencakup pula hutan musim atau hutan monsun. Tipe hutan monsun dicirikan dengan gugur daun pada musim panas (Whitmore 1984). Collins et al. (1991) menyatakan bahwa hutan monsun tropis di Indonesia dapat ditemui di Jawa Timur, Madura, Bali dan Nusa Tenggara. Penyebaran hutan monsun ini sampai ke bagian Selatan Papua dan ke utara Sulawesi bagian Selatan.
Schimper membagi dua macam hutan tropis (Collin et al. 1991, Whitmore 1998), yaitu hutan hujan tropis dan hutan monsun tropis. Pembahasan hutan monsun tropis lebih sedikit jika dibandingkan dengan hutan hujan tropis. Maka kadangkala pembahasan hutan hujan tropis, juga meliputi hutan monsun tropis. Ciri utama hutan monsun tropis adalah curah hujan bulanan lebih dari 3 bulan di bawah 60 mm.
Pembagian tipe ekosistem hutan dan definisi ekosistem hutan berbeda-beda antara satu ahli dengan ahli lainnya. Meski demikian melalui ciri-ciri umum, kita bisa mengenali tipe sebuah ekosistem di kawasan tropis. Untuk menentukan tipe suatu ekosistem, salah satunya dapat dilihat dari vegetasinya.
Tidak ada komentar