Cinta Juga Bisa Memicu Depresi dan Kecemasan
Ia juga menemukan aktivitas dalam area otak - orbitofrontal cortex-bagian dari sistem hormon dopamin yang terkait dengan ngidam dan keterikatan. Jadi, walaupun mereka telah mencampakkan Anda, Anda akan masih tetap merasakan keterikatan dalam dengannya.
Terakhir, ditemukan pula aktivitas otak yang terkait dengan kecemasan yang berjalan selaras dengan penolakan tetapi juga terkait dengan rasa sakit fisik dan stres emosional. Maka dari itu, orang-orang yang patah hati juga merasakan apa yang namanya galau.
Kerinduan, kesedihan, kemarahan, malu, atau rasa bersalah merupakan emosi yang dapat timbul setelah hubungan romantis yang dipenuhi oleh kebahagiaan. Kecanduan menutupi rasa sakit dari hubungan sayang-dan-benci atau dari hilangnya kebahagiaan, dan mereka menyembunyikan hasrat kerinduan ini untuk dapat mengalami keadaan bahagia sekali lagi.
Pada mulanya, mereka akan berada di tahap penolakan - menolak bahwa cerita cintanya telah kandas dan tidak mau mengakui akhir dari hubungan tersebut. Dalam tahap protes, biasanya mereka akan mencoba untuk kembali merebut kembali hati sang pujaan.
Mereka akan merayu, membuat janji-janji, meminta untuk bertemu dan berdiskusi untuk mempertahankan hubungan, hingga mengkonfrontasi pihak ketiga yang ‘mencuri’ pasangannya. Jika segala upaya ‘balikan’ ini tidak berhasil, pada akhirnya mereka akan tergelincir dalam kesengsaraan.
Siapapun yang telah mengalami berakhirnya suatu hubungan tahu bahwa putus cinta dapat menyebabkan kecemasan, mudah tersinggung, kemarahan, dan perasaan putus asa atau ketidakberdayaan. Mereka mengurung diri, berbaring di tempat tidur dan menangis tanpa henti, dan tidak pergi sekolah/bekerja, semua ini menunjukkan gejala depresi.
Tidak ada komentar