Penghuni Gua Pantai Selatan Mbah Kijem. Apa Yang Sesungguhnya Ia Cari Dalam Kesendirian?
Video: Mbah Kijem
Tebing terjal menjulang 250 meter dari atas permukaan laut. Balutan akar dan dedaunan pohon menghiasi dindingnya. Di sela dedaunan, ada jalan setapak yang terbuat dari tangga kayu dan menyatu dengan tumpukan bebatuan kars.
Jalan ini merupakan satu-satunya jalan menuju Gua Langse. Sebuah gua alami di tepi Samudera Hindia atau Laut Selatan, tepatnya di Dusun Gabuk, Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Di gua lembap dan sepi itu, seorang nenek bernama Sakijem menetap. Mbah Kijem mendiami Gua Langse seorang diri sejak 50 tahun lalu. Bersama seekor anjing yang menemaninya, ia hidup menyepi di gua yang sulit dijangkau dan dikenal keramat. Pilihan hidup Mbah Kijem memang terbilang tak lazim bagi sebagian orang. Apa yang sesungguhnya ia cari dalam kesendirian?
Mbah Kijem, menjadikan Gua Langse sebagai rumah setelah menghadapi ujian hidup. Ibu seorang anak dan nenek tiga cucu ini diceraikan suaminya saat usia pernikahan mereka masih seumur jagung. Kala itu, dia juga masih belia.
Perceraian membuat Mbah Kijem mulai mengasingkan diri. Ia mulai mendatangi gua untuk menyepi. Sakijem pernah mendatangi Gua Cerme dan Gua Termin, di sekitar Gunungkidul, sebelum menempati Gua Langse. Di dua gua sebelumnya, Mbah Kijem mengaku tak memperoleh kenyamanan. Malah, dia mengaku, ada yang memintanya pergi ke Gua Langse.
Mbah Kijem sempat meninggalkan gua dan pergi ke Jakarta untuk menemani sang anak. Nyatanya, perempuan 67 tahun ini malah gelisah. Ia tak kuat menahan rindu untuk kembali.
Ia kembali ke gua dan menikmati rasa tenang. Perasaan ini tak lekang hingga saat ini hampir 50 tahun. Meski terkadang, dirinya hanya sendirian di sekitar gua.
Galery Video Narasi.TV
Masyarakat setempat percaya, Gua Langse merupakan gua keramat. Gua ini menjadi tempat melakoni laku spiritual, dengan segala macam bentuknya. Tak pelak, gua ini kadang menjadi tempat semedi, pemujaan, bahkan permintaan sejumlah warga.
Gua tersebut cukup luas. Mulut gua punya lebar lebih kurang 5 hingga 10 meter dan panjang 15 meter. Sementara kedalaman gua sekitar 10 meter dan menjorok ke bawah. Di dalam gua, masih ada jalan kecil sepanjang 3 kilometer. “Kalau yang bertapa, tempatnya di sana,” kata Mbah Kijem.
Show Search:
Pantai Selatan Penghuni Gua
Jalan ini merupakan satu-satunya jalan menuju Gua Langse. Sebuah gua alami di tepi Samudera Hindia atau Laut Selatan, tepatnya di Dusun Gabuk, Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Di gua lembap dan sepi itu, seorang nenek bernama Sakijem menetap. Mbah Kijem mendiami Gua Langse seorang diri sejak 50 tahun lalu. Bersama seekor anjing yang menemaninya, ia hidup menyepi di gua yang sulit dijangkau dan dikenal keramat. Pilihan hidup Mbah Kijem memang terbilang tak lazim bagi sebagian orang. Apa yang sesungguhnya ia cari dalam kesendirian?
Perceraian membuat Mbah Kijem mulai mengasingkan diri. Ia mulai mendatangi gua untuk menyepi. Sakijem pernah mendatangi Gua Cerme dan Gua Termin, di sekitar Gunungkidul, sebelum menempati Gua Langse. Di dua gua sebelumnya, Mbah Kijem mengaku tak memperoleh kenyamanan. Malah, dia mengaku, ada yang memintanya pergi ke Gua Langse.
Mbah Kijem sempat meninggalkan gua dan pergi ke Jakarta untuk menemani sang anak. Nyatanya, perempuan 67 tahun ini malah gelisah. Ia tak kuat menahan rindu untuk kembali.
Ia kembali ke gua dan menikmati rasa tenang. Perasaan ini tak lekang hingga saat ini hampir 50 tahun. Meski terkadang, dirinya hanya sendirian di sekitar gua.
Galery Video Narasi.TV
Masyarakat setempat percaya, Gua Langse merupakan gua keramat. Gua ini menjadi tempat melakoni laku spiritual, dengan segala macam bentuknya. Tak pelak, gua ini kadang menjadi tempat semedi, pemujaan, bahkan permintaan sejumlah warga.
Tidak ada komentar