Jelarang Salah Satu Jenis Bajing Langka
Goldcaptain.com - Jelarang hitam atau tupai kerawak hitam adalah sejenis bajing besar dengan rambut berwarna hitam dengan hiasan putih di bagian bawah kepala dan ekor yang panjang, lebih panjang daripada rata-rata anggota keluarga Sciuridae lainnya.
Siapa sangka binatang berbulu hitam dengan ekor panjang ini ternyata adalah satu dari jenis-jenis Bajing.
Si bulu hitam ini pun rupanya endemik di Indonesia, terlihat dari namanya pun sangat Indonesia, “Jelarang”. Sangat sulit menemukannya di alam, sebab keberadaannya sudah langka karena derasnya laju deforestasi.
Secara kasat mata, jelarang (Ratufa bicolor) memang pantas disebut bajing raksasa.
Binatang yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai Black Giant Squirrel atau Giant Squirrel Malaya ini termasuk anggota bajing pohon (tree squirrel) atau bajing dari genus Ratufa yang mempunyai ukuran besar.
Selain ukurannya yang raksasa jelarang dikenali dengan ekornya yang super panjang, panjang tubuhnya antara 35-60 cm dan ekornya bisa mencapai panjang 120 cm.
Selain itu binatang ini mempunyai bulunya yang berwarna coklat tua hingga hitam dengan bagian bawah (perut dan dada) berwarna putih.
Hewan ini mendiami hutan tropis dan subtropis di kawasan Asia hingga ketinggian 1.400 mdpl.
Jelarang ditemukan hidup di Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Thailand, Vietnam.
Di Indonesia, jelarang hidup di Kepulauan Mentawai, Sumatera, Belitung, Panaitan, Jawa dan Bali.
Baca juga: Baru Menetas Ternyata Komodo Tidak Langsung Makan Rusa
Jelarang merupakan hewan diurnal (beraktifitas di siang hari) dan arboreal. Meskipun terkadang binatang ini juga turun dari pepohonan untuk mencari makanan di tanah.
Binatang soliter ini menyukai biji-bijian, daun dan buah-buahan sebagai makanan favoritnya.
Populasi jelarang tidak diketahui dengan pasti, namun diduga populasi secara global telah mengalami penurunan yang signifikan.
Selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan populasi sekitar 30 %. Penurunan populasi terbesar terjadi di semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Bali.
Di Jawa dan Bali, jelarang semakin langka dan sulit ditemukan, hewan ini hanya ditemukan di daerah yang jauh dari pemukiman manusia dan hutan.
Di Jawa hewan ini dapat ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon dan Cagar Alam Penanjung Pangandaran.
Penurunan populasi jelarang sebagian besar diakibatkan oleh kerusakan dan berkurangnya hutan sebagai habitat sebagai akibat pembalakan liar, kebakaran hutan dan konversi menjadi daerah pertanian dan pemukiman.
Selain itu penangkapan dan perburuan liar untuk dijadikan hewan peliharaan ikut menyumbang tingkat penurunan populasinya di alam liar.
Karena laju penurunan yang terus terjadi, oleh IUCN Redlist, jelarang dikategorikan dalam status konservasi ‘hampir terancam’ (NT). Dan perdagangan bajing raksasa ini diatur oleh CITES dan didaftar dalam Apendiks II.
Siapa sangka binatang berbulu hitam dengan ekor panjang ini ternyata adalah satu dari jenis-jenis Bajing.
Si bulu hitam ini pun rupanya endemik di Indonesia, terlihat dari namanya pun sangat Indonesia, “Jelarang”. Sangat sulit menemukannya di alam, sebab keberadaannya sudah langka karena derasnya laju deforestasi.
Secara kasat mata, jelarang (Ratufa bicolor) memang pantas disebut bajing raksasa.
Binatang yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai Black Giant Squirrel atau Giant Squirrel Malaya ini termasuk anggota bajing pohon (tree squirrel) atau bajing dari genus Ratufa yang mempunyai ukuran besar.
Selain ukurannya yang raksasa jelarang dikenali dengan ekornya yang super panjang, panjang tubuhnya antara 35-60 cm dan ekornya bisa mencapai panjang 120 cm.
Selain itu binatang ini mempunyai bulunya yang berwarna coklat tua hingga hitam dengan bagian bawah (perut dan dada) berwarna putih.
Hewan ini mendiami hutan tropis dan subtropis di kawasan Asia hingga ketinggian 1.400 mdpl.
Jelarang ditemukan hidup di Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Thailand, Vietnam.
Di Indonesia, jelarang hidup di Kepulauan Mentawai, Sumatera, Belitung, Panaitan, Jawa dan Bali.
Baca juga: Baru Menetas Ternyata Komodo Tidak Langsung Makan Rusa
Jelarang merupakan hewan diurnal (beraktifitas di siang hari) dan arboreal. Meskipun terkadang binatang ini juga turun dari pepohonan untuk mencari makanan di tanah.
Binatang soliter ini menyukai biji-bijian, daun dan buah-buahan sebagai makanan favoritnya.
Populasi jelarang tidak diketahui dengan pasti, namun diduga populasi secara global telah mengalami penurunan yang signifikan.
Selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan populasi sekitar 30 %. Penurunan populasi terbesar terjadi di semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Bali.
Di Jawa dan Bali, jelarang semakin langka dan sulit ditemukan, hewan ini hanya ditemukan di daerah yang jauh dari pemukiman manusia dan hutan.
Di Jawa hewan ini dapat ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon dan Cagar Alam Penanjung Pangandaran.
Penurunan populasi jelarang sebagian besar diakibatkan oleh kerusakan dan berkurangnya hutan sebagai habitat sebagai akibat pembalakan liar, kebakaran hutan dan konversi menjadi daerah pertanian dan pemukiman.
Selain itu penangkapan dan perburuan liar untuk dijadikan hewan peliharaan ikut menyumbang tingkat penurunan populasinya di alam liar.
Karena laju penurunan yang terus terjadi, oleh IUCN Redlist, jelarang dikategorikan dalam status konservasi ‘hampir terancam’ (NT). Dan perdagangan bajing raksasa ini diatur oleh CITES dan didaftar dalam Apendiks II.
Tidak ada komentar